Zainab sempat menolak dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah dengan alasan perbedaan status sosial.
Siapa
yang tak kenal dengan istri Rasulullah, Khadijah atau Aisyah. Namun,
tak banyak yang mengenal Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya’mar
al-Asadiyah, dari Bani Asad bin Khuzaimah al-Mudhari.
Dia adalah perempuan terpilih untuk berada di sisi Nabi dan salah satu perempuan yang dikisahkan Allah dalam Alquran.
Zainab
termasuk wanita yang taat dalam beragama, wara’, dermawan, dan baik.
Selain itu, dia juga dikenal mulia dan cantik, serta termasuk wanita
terpandang di Makkah. Nama aslinya adalah Barrah, namun Nabi Muhammad
menyebutnya Zainab.
Dinyatakan dalam hadis Bukhari dan Muslim,
dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan
tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.”
Zainab
memeluk Islam di Makkah dan sempat mengalami siksaan dari orang-orang
kafir Quraisy. Namun, dia tetap bersabar dan mengharapkan ridha Allah,
hingga akhirnya dia ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia).
Bersama
kaum Muslimin lainnya, Zainab kembali ke Makkah, hingga akhirnya Allah
mengizinkannya untuk berhijrah ke Madinah al-Munawwarah.
Zainab
termasuk wanita yang pertama kali berhijrah. Dia dan seluruh keluarga
Jahsy hijrah dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy dan saudaranya, Abu Ahmad
bin Jahsy. Zainab pun tinggal dengan suka cita di tengah saudara sesama
Muslimah dari kalangan kaum Anshar.
Sebelum menjadi istri
Rasulullah, Zainab adalah istri dari Zaid Bin Haritsah. Zaid adalah
budak Rasulullah yang sangat beliau sayangi sehingga kaum Muslimin
menyebutnya sebagai orang kesayangan Rasulullah.
Zaid berasal
dari keluarga Arab yang kedua orang tuanya beragama Nasrani. Ketika
masih kecil, dia berpisah dengan kedua orang tuanya karena diculik,
kemudian dia dibeli oleh Hakam bin Hizam untuk bibinya, Khadijah binti
Khuwailid. Zaid lalu dihadiahkannya kepada Rasulullah.
Ketika
Zaid telah memasuki usia menikah, Nabi memilihkan Zainab untuk
dinikahnya. Namun, Zainab dan saudaranya, Abdullah, tidak menyetujui
pernikahan itu karena status sosial mereka yang berbeda. Zainab berkata
kepada Rasulullah, “Aku tidak rela akan diriku sedangkan aku adalah
gadis Quraisy.”
Namun, Nabi menghendaki agar Zainab dan Abdullah
mau menerima pernikahan itu. Nabi berkata kepada Zainab, “Nikahilah dia,
sesungguhnya aku telah meridhainya untukmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar