Jumat, 20 Juni 2014

SRIKANDI ARAB


Wahai para penghuni tenda! Bergegaslah! Lipat tenda
kalian!
Kafilah telah siap menunggu!
Suara genderang telah ditabuh
Di atas punggung unta mereka telah siaga!
HANYA sedikit sarjana sejarah Islam yang tidak
mengakui prestasi yang dicapai oleh khalifah-khalifah
dinasti Umayyah. Tetapi tidak banyak orang yang tahu
bila Hindun, nenek moyang khalifah-khalifah ini, terkenal
di seluruh semenanjung Arab karena keberaniannya
dalam melawan maupun membela Islam.
Kita tahu persis beberapa jumlah orang yang meraih
kehormatan sebagai syahid karena dibunuh oleh Hindun
muda. Para sejarawan tidak mencatat sedikit pun tentang
peristiwa-peristiwa berbahaya yang telah ditimbulkan
oleh Hindun muda. Penelitian para sarjana tidak mampu
mengungkap berapa kendi air yang harus diminum oleh
Abu Sufyan, demi menghilangkan rasa takut, setelah ia
melihat keganasan Hindun muda. Tetapi yang penting
dari semua itu adalah bahwa medan-medan peperangan
di wilayah Arab merasa ngeri melihat keganasan Hindun
dalam mengisi lembaran-lembaran penting dalam sejarah
Arabia.
Penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy
telah menyebabkan Rasulullah harus mengungsi ke
Madinah. Namun Rasulullah tidak diberi kesempatan
sedikit pun untuk menikmati ketenangan hidup sekalipun
beliau berada di tempat yang jauh. Sambutan baik penduduk
Madinah dan keberhasilan beliau dalam membangun
kekuatan telah menyebabkan kemarahan dan kecemburuan kaum Quraisy. Mereka mengirimkan balatentara
guna menghancurkan Rasulullah dan para pengikutnya.
Akibatnya, terjadilah perang Badar yang berakhir
dengan kemenangan kaum muslimin. Salah seorang putra
Hindun yang bertempur di pihak pasukan Mekah terbunuh
dalam insiden tersebut.
Kekalahan yang memalukan ini hanya menambah
kemarahan kaum Quraisy. Karenanya, mereka mengumpulkan
kekuatan dan mengirimkan ekspedisi militer
untuk menyerbu Madinah. Hindun yang punya dendam
kesumat ikut merekrut pasukan khusus wanita. Mereka
berasal dari kalangan wanita bangsawan Quraisy. Di
bawah pimpinannya, pasukan ini bergabung dengan
rekan-rekan mereka menuju Madinah. Mereka melakukan
marching sembari bernyanyi —menyanyikan lagu-lagu
peperangan.
Kaum muslimin berkumpul di bukit Uhud untuk
mempertahankan kedaulatan mereka. Sebelum pasukan
Mekah menyerang pasukan muslim, Hindun dan pasukan
srikandinya berdiri di depan mereka dan menyanyikan
syair:
Kami adalah anak-anak matahari pagi
Kami melangkah di atas permadani beludru
Kami menyambut mereka dengan kalungan bunga
Yang maju ke medan tempur dengan hati yang tak pernah
kecut
Kami dekap mereka dengan penuh cinta ke dada kami
Tetapi kami tendang mereka untuk selamanya
tinggalkan medan laiknya pengecut
Tergerak oleh ucapan yang merendahkan itu, orangorang
Mekah menerjang pasukan muslim. Hindun dan
pengikut-pengikutnya berdiri di belakang mereka seraya
tetap mendendangkan: Majulah kawan! Majulah!
Putra-putra pahlawan majulah!
Pegang pedang kalian erat-erat
Bunuh musuh sampai kepala terakhir
Biarkan bendera kebanggaan kalian berkibar di angkasa
Jadikan medan perang kosong dari para musuh
Majulah kawan, majulah!
Putra halilintar, majulah!
Kedua pasukan bertempur mati-matian hingga
medan Uhud banjir darah dan mayat. Hamzah, paman
Rasulullah, gugur dalam pertempuran itu. Hindun membelah
jenazahnya, mengambil jantungnya, memamah dan
memuntahkannya kembali! la juga memotong hidung dan
telinga pasukan muslim yang tewas dan merangkainya
menjadi kalung. Dengan bangga, Hindun memakai
rangkaian anggota tubuh manusia itu, menari dan
menyanyi:
Puas sudah rasa haus darah yang menyerang jiwa
Padam sudah bara dalam dada
Hindun, kini roh anakmu telah terbebaskan
Kembali! Pulanglah segera ke rumah!
(II)
TUJUH tahun setelah peristiwa Uhud, masa-masa
kegelapan Islam telah berlalu. Rasulullah berhasil menaklukkan
Mekah dan mendeklarasikan pengampunan
massal kepada musuh-musuh beliau. Tersentuh oleh
keluhuran budi Rasulullah, orang-orang Mekah berkumpul
d:i hadapan beliau dan menyatakan syahadat.
Hindun tidak tinggal diam. Dia datang bersama pengikutpengikutnya
menghadap Nabi dan menyatakan masuk
Islam. Rasulullah memberi mereka nasihat seraya berkata,
"Berjanjilah bahwa kalian tidak akan berbohong dan
melakukan zina!" "Wahai Rasulullah, mungkinkah wanita terhormat
melakukan hal itu? tanya Hindun.
"Alangkah baiknya kalau kalian tidak melakukannya.
Berjanjilah bahwa kalian tidak akan membunuh anakanak
kalian!" lanjut Rasulullah.
"Kami yang membesarkan mereka. Kalianlah para
lelaki yang membawa mereka ke medan perang dan membunuh
mereka," jawab Hindun lagi.
Rasulullah menatap si pembicara, "Apakah kamu
Hindun?"
"Benar Wahai Rasulullah."
"Baiklah kalau begitu. Jangan ijinkan lagi lelaki kalian
membunuh mereka. Berjanjilah juga bahwa kalian tidak
akan mencuri."
"Kadang-kadang aku melakukan hal ini, tetapi aku
mencurinya dari dompet suamiku; apakah itu juga termasuk
pencurian?"
Rasulullah tersenyum, "Bukan, itu bukan mencuri; tetapi
jangan menggunakan uang suami secara berlebihan."
(III)
BEBERAPA tahun kemudian, api perang menyelimuti
cakrawala Yarmuk. Kekaisaran Romawi Timur tidak akan
pernah membiarkan negara persemakmuran Islam berkembang
luas hingga ke daerah yang berbatasan dengan
kerajaannya. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk
menghancurkan ancaman orang Islam yang semakin besar
meskipun masih dalam tahap perkembangan awalnya dan
mengirimkan satu ekspedisi militernya dengan kekuatan
penuh untuk tujuan tersebut. Tentara muslim pun tidak
ketinggalan mempersiapkan kekuatannya untuk mempertahankan
eksistensi mereka. Akibatnya terjadilah
perang Yarmuk.
Hindun masih hidup pada waktu itu. Dia mencari
tahu maksud tentara Romawi. Dia meninjau persiapan kaum muslimin dalam menghadapi bencana yang menghadang.
Meskipun kepalanya sudah bertabur uban, darah
Hindun masih tetap mendidih dalam urat nadinya.
Suatu hari ia pergi menemui teman-teman dan pengikut-
pengikut lamanya dan mengatakan dengan lantang,
"Seluruh negeri sedang dimobilisasi untuk menghadapi
perang Yarmuk. Bagaimana kalian masih sibuk menyisir
uban kalian dan berbagi kisah-kisah cengeng. Kawan, bersiaplah!
Mari kita berangkat ke medan laga dan memberikan
semangat kepada cucu-cucu kita yang maju ke medan
perang. Paling tidak hal fni bisa menggantikan kesalahankesalahan
yang pernah kita lakukan pada perang Uhud.
Dan jika kita beruntung, tombak dan anak panah musuh
akan menembus dada kita, niscaya pintu surga akan terbuka
lebar di hadapan kita!"
Para wanita itu menanggapi seruan Hindun dengan
serta-merta. Selang beberapa saat satu peleton pasukan
srikandi Islam di bawah pimpinan Hindun bergabung
dengan tentara muslim.
Pada malam menjelang perang, saat pasukan muslim
hendak maju ke medan perang, Hindun dan pasukan
srikandinya mendekati mereka dan seiring derap langkah
pasukan muslim, mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan:
Majulah! Saudara seiman, majulah!
Qur'an nan suci dalam dada kalian
—Pesan Kebenaran, Cahaya Tuhan—
Musnahkan tentara kafir
Majulah! Kaum muslimin, majulah!
Perang pun berkecamuk. Pasukan Islam bertempur
dengan gagah berani, tetapi keberanian mereka tidak
mampu menghadang kekuatan pasukan musuh yang jauh
lebih banyak. Sehingga pasukan muslim mulai terdesak
mundur. Pada saat itu, tiba-tiba Hindun dan pasukan srikandinya
muncul di depan mereka. Dia mencabut seluruh
perhiasan dan kerudung yang ia pakai, lalu ia lemparkan
ke wajah tentara Islam seraya berteriak, "Wahai para
pengecut! Mau ditaruh di mana muka kalian bila kalian
pulang dengan membawa kekalahan? Dasar tidak tahu
malu. Jika kalian ingin melarikan diri, turun dari kuda
kalian, ambillah perhiasan ini dan pakailah, dan masuklah
kalian ke kamp kalian. Kami yang akan memacu kudakuda
kalian. Kami akan bertempur dan kami akan
menang."
Arus pun berbalik. Pasukan muslim bertempur dengan
kekuatan baru dan berjuang habis-habisan hingga tentara
Romawi terpukul mundur pontang panting dan melarikan
diri.
Dengan menyanyikan lagu-lagu kemenangan,
Hindun dan pasukannya pulang ke kampung halaman
mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar